Sabtu, 09 Agustus 2008

JATI DENOK JATI RAKSASA

Kokoh tegak dan besar dengan cabang yang seakan – akan merengkuh langit diusianya yang sudah termasuk uzur terseibut,memang itulah tampilan sebuah pohon jati ( Tectona Grandis ) berusia 240 tahun tersebut yang oleh masyarakat sekitar dinamakan dengan Jati DENOK berada di Petak 62 Resort Pemangkuan Hutan ( RPH )Temetes, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan ( BKPH ) Temanjang KPH Randublatung tersebut atau terletak di Desa Jatisari Kecamatan Banjarejo Blora.
Dari tutur cerita yang beredar dikawasan Sinderan Temanjang yang mencakup wilayah Desa Jatisari,Jatiklampok,serta Desa Tanggel tersebut memang masyarakat ddiketiga desa tersebut akrab dengan nama Jati Denok, hal tesebut karena selain pohon tersebut sangat monumental karna saking besarnya juga kadang dipergunakan untuk bertapa oleh orang – orang yang senag melakukanritual tersebut. Dikisahkan dalam sebuah tutur jawa bahwa nama Denok tersebut berasal dari adanya kisah seorang gadis dukuh Gumeng Desa Tanggel yang konon kabarnya sangat cantik dan mempunyai tubuh yang sintal, padat nan mempesona dan sebutan untuk gadis desa tersebut adalah Denok Deblong, sang gadis tersebut rencananya akan dipersunting oleh seorang pembesar ( Begede ) Katong kerajaan namun niat sang pembesar tersebut ditolak secara halus, dengan membawa rasa kecewa Begede Katong tersebut pulang dan pada saat istirahat di bawah pohon jati besar sambil melamunkan gadis pujaan yang urung dipersuntingnya, singkat cerita pohon jati tempat berteduh tersebut dinamakan JATI DENOK.
Sampai dengan saat ini pohon jati tersebut dinamakan jati denok mempunyai ukuran keliling bawah 839 meter dan tinggi pohon sekitar 36 meter, menarik perhatian Bupati Blora RM Yudhi Sancoyo bersama dengan beberapa pejabat terkait untuk melihat dari dekat fisik pohon tersebut yang mencoba mengukur lingkar pohon tersebut dengan cara berangkulan memerlukan 6 orang dewasa untuk bisa merangkul pohon jati raksasa tersebut, menurut Bupati merupakan pohon Jati terbesar diIndonesia, memang ada beberapa pohon jati tua yang berada sehingga bisa masuk Muri, Katanya saat berada dilokasi Jati Denok.diwilayah kabupaten Blora lainnya yaitu di KPH Cepu dikawasan Gubug payung yang salah satu pohonnya telah dilelang seharga Rp 1 miliar,
Terkait dengan hal tersebut Bupati Blora RM Yudhi Sancoyo bertekad ingin menjadikan jati denok sebagai ikon Blora. “ Saya yakin , jati denok itu jika dipromosikan akan laku dijual kepada wisatawan tidak hanya lokal akan tetapi juga wisatawan mancanegara dan keberadaan Jati debnok ini akan saya catatkan ke Muri sehingga Blora nantinya akan menyabet satu rekor lagi dari Pohon Jati Denok ini “Kata Yudhi Sancoyo
Sementara itu menanggapi rencana Bupati Blora untuk menjadikan loka wisata hutan, Administraur Perhutani KPH Randublatung Ir. Hari Priyanto Msc mengatakan bahwa Perhutani akan mendukung secara penuh apabila ada rencana untuk mengembangkan wisata alam Jati Denok dan pihaknya berencana akan memperbaiki lokasi disekitar Jati denok tersebut dengan cara melakukan pemasangan paving dan pembuatan menara pandang “ Kami akan merencanakan pemasanngan paving dan menata ulang lokasi ini sesuai dengan nuansa alam sehingga apabila ada pengunjung yang datang dan melihat monumen hidup pohon jati denok ini akan merasa kerasan karena bisa menikmati view tanaman jati, kemudian hutan jati tua serta pemandangan kota Blora dari kawasan hutan disela hembusan angin yang segar”. Mengenai rencana Bupati Blora untuk mencatatkan rekor Muri bagi Jarti Denok Administratur Ir Hari Priyanto Msc menyambut dengan senang hati “ Kami sangat setuju apabila rekor Muri bisa diberikan terhadap Jati Denok, dan ini artinya Perhutani KPH Randublatung telah mempersembahkan kepada masyarakat Indonesia bahwa ada sebuah pohon jati yang layak untuk dicatat sebagai pohon yang tertua dan terbesar di Indonesia “ Katanya .(Andan )

1 Komentar:

Pada 27 Agustus 2008 pukul 18.49 , Blogger serunting mengatakan...

tolong tampilkan hasil yang lainnya dari kekayaan Randhublatung jangan hanya hutan jatinya. contoh hasil dari limbah kayu jati yang bisa dijadikan asoseris Hp, dan kerajinan tanggan/cinderamata yang lain yang, supaya masyarakat tau dan mengenal bahwa itu buatan asli dari Randhublatung bukan dari dyogja atau bali yang menjadi terkenal (seperti yang dibuat oleh Sdr. Slamet Subagyo dari desa Wulung, Randhublatung) (Pram, Mamik. S/M. Kasdi)

 

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda