Senin, 25 Agustus 2008

KABAR - KABARI


Rabu, 27 Agustus 2003
Jawa Tengah - Muria


Jati Berumur Ratusan Tahun Jadi Cagar Alam
BEGITU anda melihat keberadaan puluhan pohon jati alam di RPH Gumeng, BKPH Temengeng, KPH Randublatung, mungkin akan berdecak kagum. Sepintas akan muncul pertanyaan berapa ratus tahun usia pohon itu ?Pertanyaan selanjutnya, siapa dulu yang menanam ? Ya, di samping puluhan pohon jati alam di wana wisata Gubug Payung, masuk wilayah Perhutani KPH Cepu, dan beberapa pohon serupa di wilayah KPH Blora, hingga saat ini masih berdiri tegak puluhan pohon jati alam berukuran besar yang usianya diperkirakan mencapai sekitar 200 tahun lebih. "Jumlah persisnya kami tidak tahu, yang jelas ada 20 pohon lebih," jelas Andan, staf bagian Humas Perhutani KPH Randublatung. Siapa yang menanam pohon-pohon itu, hingga sekarang belum diketahui pasti. Hanya diperkirakan dulu thukul karepe dhewe (tumbuh secara alami). Bisa dibayangkan, berapa diameter puluhan pohon jati alam itu. Sebagai perbandingan, usia tebang pohon jati normal adalah 70 hingga 80 tahun. Pada usia tersebut diameter pohon sudah mencapai kisaran 50 cm. Menurut Andan, pohon di Gumeng itu diameternya mencapai ratusan centimeter, bahkan ada beberapa pohon yang diameternya mencapai sekitar 300 cm. "Ada sebuah pohon dirangkul tiga orang tiga pun tidak ketemu," ujarnya.
Sempat Dijarah
Keberadaan pohon tersebut dinyatakan aman, dan tidak sampai dirambah penjarah. Namun informasi lain menyebutkan, beberapa pohon di antaranya sempat dijarah oleh orang tidak bertanggungjawab.Pengelolaannya kini berada di Dinas Kehutanan. Namun demikian, pihak Perhutani secara otomatis ikut menjaga keamanannya. Ditambahkan Andan, tidak ada rencna untuk menebang puluhan jati berukuran raksana itu. Karena memang sudah sepakati, harta bernilai mahal itu akan dijadikan cagar alam.Administratur KPH Blora, Ir Agus S Prasetya mengemukakan, di wilayah kerjanya juga terdapat beberapa pohon jati alam, yakni di di wilayah Kecamatan Tunjungan. "Ada, jumlahnya memang tidak seberapa. Tetapi ada informasi beberapa di antaranya sempat ada yang dijarah," jelasnya.
Agus menyatakan, pihaknya cukup menaruh perhatian terhadap keberadaan hutan lindung tersebut. Pihaknya juga sudah melangkah, dengan membuat perencanaan untuk menjadikan hutan lindung sekaligus bisa berfungsi sebagai habitat kera jenis benthung. Kera jenis tersebut akhir-akhir ini jumlahnya sudah semakin langka. (Urip Daryanto-49)

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda