Kamis, 14 Oktober 2010

KUNJUNGAN MENHUT DI KPH RANDUBLATUNG


HUTAN AKAN LESTARI KALAU MASYARAKAT SEJAHTERA

Budaya menanam masyarakat Indonesia dinilai Menteri Kehutanan masih rendah dibandingkan dengan beberapa negara di Asia, seper¬ti Cina dan Korea. Di ke¬dua negara itu dikatakan Menhut budaya menanam masyarakat sudah sa¬ngat tinggi, padahal kondisi wilayahnya keras karena memiliki empat musim. Sementara di Indonesia kesadaran menanam itu belum meng¬akar menyebar merata dimasyarakat.
“ Wilayahnya tidak semudah wilayah kita yang hanya memiliki dua musim dan mudah ditanami dengan jenis tanaman apa saja,” katanya pada acara pencanangan penanaman padi gogo dibawah tegakan di petak 6084 a wilayah RPH Nglobo BKPH Nglobo KPH Cepu .Untuk itu guna menyelamatkan hutan agar budaya menanam di Jawa Tengah bisa terus ditingkatkan meniru budaya masyarakat kedua negara tersebut. Namun demikian Menhut tetap memuji Propinsi Jawa Tengah karena keberhasilan propinsi yang berpenduduk 38 juta jiwa dalam menge¬lola lingkungan sebagai yang terbaik di Indonesia. Untuk itu ia meminta agar predikat tersebut terus dipertahankan dan lebih ditingkatkan.
" Kawasan hutan akan bagus kalau peta¬ni hidupnya sudah sejahtera. Kalau petani sudah sejahtera, mereka tidak akan merusak hutan,” tegas Zulkifli Hasan dimana kebanyakan petani di Indonesia bermukim di sekitar bahkan di dalam kawasan hutan. Dalam lawatannya ke kedua negara tersebut belum lama ini, diceritakan Menhut bahwa ia hampir tidak melihat ada lahan kosong di negara-ne¬gara itu. Bahkan negeri Cina yang berpenduduk satu miliar lebih itu pun sejauh mata memandang wilayahnya tampak ijo ro¬yo-royo. Se¬perti di Korea sendiri menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk cinta menanam telah menjadi komitmen pemerintah dan beralasan terkait dengan semakin menipisnya cadangan enerji fosil dari perut bumi. Menanam bagi negara itu dikatakan merupakan aset masa depan, dimana produk kayu akan diolah sebagai enerji yang akan menggantikan enerji fosil kelak.
“ Pengolahan kayu tersebut sebagai bahan terbarukan sekarang masih dalam pengembangan. Kayu-kayu akan dihancurkan dan diolah menjadi wood pelet sebagai bahan campuran enerji,” katanya. Jadi, lanjut Menhut, di masa mendatang kayu akan menjadi ejerji terbarukan bila enerji fosil dari perut bumi sudah menipis atau habis. Itu juga sebabnya mengapa sekarang banyak negara-negara maju yang datang ke Indonesia meminta lahan untuk ditanami. Sampai saat ini di Indonesia dikatakan Zulkifli masih sangat banyak lahan yang terlantar (idle). Hal tersebut karena ba¬nyak¬nya lahan milik yang ditelantarkan oleh pemiliknya. Lahan-lahan yang umumnya dimiliki pengusaha-pengusaha kaya dan masyarakat perkotaan yang lahannya ada di daerah-daerah ditelantarkan menjadi la¬han kosong dan tidak tertanami. Diperkirakan menurut data BPN jumlahnya mencapai 12 juta hektar.
“ Lahan-lahan tersebut tahap pertama kepada pemiliknya akan diberikan peri¬ngatan oleh pemerintah. Namun jika beberapa kali tidak diindahkan agar dilakukan penananam maka lahan-lahan idle tersebut akan disita untuk negara dan selanjutntya dipergunakan untuk dimanfaat masyarakat untuk digunakan sebagai lahan pertanian, perkebunan maupun untuk tanaman kehutanan,” ujarnya.
Hal tersebut, lanjut Menhut memang sangat ironis, sementara banyak petani di tanah air ini yang kekurangan lahan untuk pertanian, banyak tanah kosong yang jumlahnya mencapai jutaan hektar dibiarkan terlantar. Rata-rata kepemilikan lahan petani di Indonesia hanya 0,5 hektar. Untuk itu pihaknya menyatakan sangat mendukung adanya kebijakan Kementerian Pertanian (Kementan) agar bagaimana memanfaatkan kawasan hutan sebagai salah satu daerah yang bisa dimanfaatkan petani untuk memproduksi bahan pangan. Dari 190 juta hektar daratan Indonesia hampir 70 persennya merupakan kawasan hutan, tetapi kenyataannya lahan untuk pertanian sangat sempit. Lahan-lahan tersebut banyak dikuasi pengusaha kaya dan tidak terurus.
“ Pengusaha penting, tetapi petani juga penting. Karena petani kita adalah juga pemilik NKRI, Oleh karena itu kebijakan kurang tepat itu kita koreksi,” katanya.
Dalam kesempatan itu Menteri juga memberikan berbagai macam bentuk bantuan untuk pengembangan masyarakat yang disampaikan melalui gubernur Jawa Tengah senilai Rp 35,2 miliar untuk 704 unit KBR.

Kotribusi Perhutani
Sementara itu Gubernur Jawa Te¬ngah, Bibit Waluyo bahwa dengan adanya Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM), antara Perhutani dengan masyarakat pada dasa warsa pertama ini hasilnya semakin terlihat nyata. Kemakmuran masyarakat desa hutan tampak semakin meningkat. Dengan adanya PHBM tersebut Perum Perhutani Unit I dalam kurun waktu tersebut telah memberikan sharing kepada masyarakat melalui LMDH tak kurang dari Rp 71,9 miliar.
“ Itu baru dari sharing hasil hutan kayu dan non kayu. Kontribusi lain dari pengembangan komoditas tanaman pangan di bawah tegakan berupa tanaman padi, ja¬gung, kedelai dan komoditas lainnya dalam kurun 2001 sampai 2010 telah mencapai Rp 1,8 triliun yang sepenuhnya uang itu untuk masyarakat,” kata gubernur. Untuk itu kepada masyarakat Jawa Te¬ngah dan khususnya masyarakat di Desa Nglobo agar niatan baik pemerintah tersebut supaya terus dipertahankan dengan semakin memperkokoh kerjasama dalam menjaga kelestarian hutan tersebut.
“ Kita sengkuyung bersama apa yang menjadi kebijakan pemerintah agar hutan kita bisa berfungsi seperti sediakala, yaitu hutan ijo royo-royo, bisa menyimpan air dan air yang keluar bisa untuk memenuhi kebutuhan kita semua,” ajak gubernur.
Terkait dengan penanaman padi gogo yang ditanam di lahan Perhutani sebagaimana dilaporkan Kepala Dinas Kehutanan Propinsi Jawa Tengah, Sri Puryono KS sampai 2009 di Jawa Tengah telah terlaksana 3.000.333 hektar tanaman padi situ bagendit dengan hasil 6,27 ton per hektarnya. Untuk 2010 akan dikembangkan 5.200 hektar. Disamping padi juga akan ditanam umbi-umbian, empon-empon dan tanam bermanfaat lainnya bagi masyarakat.
Sementara untuk Kabupaten Blora sendiri seperti dilaporkan Bupati Blora, Joko Nugroho sektor pertanian merupakan sektor yang penting untuk memperkuat pere¬konomian daerah. Sampai saat ini di kabupaten Blora setidaknya telah dikembangkan padi gogo seluas 4000 hektar di dalam kawasan dan 200 hektar di luar kawasan. Di samping itu juga pengembangan tanaman temu lawak pada lahan seluas 38 ha yang berada di wilayah Perum Perhutani KPH Randublatung.
Di sektor perkebunan telah dikembangkan tanaman tebu seluas 1.148 ha dan akan dikembangkan lebih luas terkait dengan akan didirikannya pabrik gula di Kabupaten Blora dalam waktu dekat ini.
Dalam acara tanam padi gogo tersebut disamping bantuan dari Menteri Kehutanan juga diberikan berbagai bentuk bantuan dari Guberbur Jateng dan Perum Perhutani bantuan tersebut berupa 1 Unit mesin diesel untuk penggerak mesin, Pemasangan instalasi listrik, instlasai air yang dipasang dilokasi parbik mini temulawak serta penyerahan dana bantuan pinjaman PKBL sebesar Rp 58 Juta untuk 11 mitra binaan yang diserahkan secara simbolis. Usai acara tanam bersama Menhut dan rombongan meresmikan pabrik mini pengo¬lah Temulawak di Desa Ngliron wilayah KPH Randublatung , dalam kunjungan singkatnya di lokasi pabrik mini temulawak Menhut Zulkifli Hasan yang didampingi Kepala Perum Perhutani Unit I jawa Tengah Ir Heru Waluyo serta Bupati Blora menyambut baik inovasi yang telah dikembangkan di daerah ” kami menyambut baik karena adanya inovasi yang dilakukan oleh Perum Perhutani telah mampu membina masyarakat desa hutan bekerjasama dengan stake holder yang telah bekerja keras mengupayakan pengingkatan kesejahteraan masyarakat desa hutan melalui sistim PHBM, hal ini menunjukkan bahwa komitmen Perum Perhutani untuk ikut membantu pemerintah dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat khususnya disekitar hutan perlu kita dukung sepenuhnya dengan melibatkan semua pihak – pihak yang terkait dan khusus untuk jajaran Rimbawan KPH Randublatung kami ucapkan terimakasih karena telah mampu memberikan warna tersendiri bagi masyarakat desa hutannya. Kata Menhut Zulkifli Hasan dihadapan rimbawan dan Pengurus LMDH KPH Randublatung.( Andan.S)

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda