Kawasan hutan yang
mempunyai nilai konservasi tinggi adalah sebuah kawasan secara global ,
regional, atau nasional yang berisi konsentrasi yang signifikan nilai nilai ke
aneka ragaman hayatinya. Kesongo adalah merupakan
salah satu kawasan hutan bernilai tinggi di Perum Perhutani KPH Randublatung, lokasi
tersebut berada di Petak 141, Resort Pemangkuan Hutan ( RPH ) Padas, Bagian
Kesatuan Pemangkuan Hutan ( BKPH) Trembes , lokasi kesongo dapat dijangkau dari
dua arah yaitu dari arah Sulursari Kecamatan Gabus ,Kabupaten Grobogan sekitar
5 Km, Sedangkan dari arah Timur laut dengan cara menyusuri jalan kawasan hutan(
alur ) mulai alur AO, AK dan alur I dari Petak 7 ( Pos 7 ) masuk kedalam
melalui jalan makadam sejauh 2,3Km
KPH Randublatung juga menetapkan zone penyangga kawasan ini
seluas 3.381,4 Ha atau 10% yang terbagi dalam hutan alam sekunder (HAS
),kawasan perlindungan setempat ( KPS ),Ttak baik untuk produksi ( TBP ) serta
kawasan perlindungan khusus( KPKh) dari total luas kawasan hutan seluas 32.464,10
Ha Kawasan Sumber Lumpur Kesongo berupakandaerahmigrasi burung air. Savana
Kesongo, Rawa Kesongo dan Lumpur Kesongo merupakan kawasan ekosistem alami
dengan garis batas yang tidak terputus (berkesinambungan) sehingga termasuk
dalam kategori Nilai Konservasi Tinggi ( NKT )
Asper KBKPH Trembes Untung Susilo mengatakan bahwa “kawasan
kesongo tersebut merupakan sarang 19 jenis aves sehingga perlu
adanya perlindungan aves migran antara lain burung Kuntul Putih (Bulbucus
ibis), Bangau Tongtong (Leptotilos javanicus), Belibis Batu (Dendrocygna
javanica), Bambangan Merah (Ixopbrychus cinnamomeus) dan Cangak Merah (Ardea
purpurea) dan berkumpulnya beberapa jenis burung tersebut dapat kiat lihat pada
sorehari menjelang matahari terbenan, namun juga dapat dijumpai beberapa jenis
burung air diantaranya belibis serta belekok yang terlihat mencari makan di
kawasan rawa yang juga tedapat pada kawasan tersebut selain itu pada kawasan
yang berjenis tanah margalit dengan warna coklat tersebut juga ditemukan satwa
air lain misalnya ikan, katak, cacing merah dan lain – lain juga pada kawasan
rawa tumbuh tanaman rumput sejenis wlingi yang melengkapi kawasan ini ” katanya.
Hasil risalah kawasan hutan yang dilakukan oleh Perhutani
pada tahun akhir tahun 2011 Kesongo yang mempunyai luas 119,1 Ha dengan
pembagian savana seluas 109 Ha serta 110,1 Ha merupakan hamparan lumpur kering
hasil dari letupan yang bersifat sporadis tersebut dengan koordinat BT. 111,15’.15” dan LS. 7.9’.15” dengan jenis
tanah margalit coklat,merupakan kawasan terbuka yang didominasi oleh lumpur
kering serta kadang mengeluarkan lumpur panas dibarengi dengan air asin dan bau
gas yang menyengat hal ini diakibatkan oleh tekanan panas bumi yang
berada ratusan meter dengan tingkat porositas yang tinggi pada lokasi tersebut.
Berdasarkan morfologi
tektonik (litologi dan pola struktur), maka wilayah Jawa bagian timur (meliputi
Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur) dapat dibagi mejadi beberapa zona
fisografis (van Bemmelen, 1949) yakni : Zona Pegunungan Selatan, Zona Solo atau
Depresi Solo, Zona Kendeng, Depresi
Randublatung, dan Zona Rembang.
Zona Kendeng meliputi deretan pegunungan dengan
arah memanjang barat-timur yang terletak langsung di sebelah utara sub zona Ngawi.
Pegunungan ini tersusun oleh batuan sedimen laut dalam yang telah mengalami
deformasi secara intensif membentuk suatu antiklinorium. Pegunungan ini
mempunyai panjang 250 km dan lebar maksimum 40 km
“ Pada kawasan tersebut memang sulit dilakukan penanaman
mungkin karena akibat udara yang sedikit mengandung gas tersebut atau karena
tumpukan lapisan lumpur yang selalu bertambah , tapi kami dari Perhutani tetap
megupayakan dengan melakukan penanaman tanaman rimba campur ( non jati ) pada
tepian kawasan tersebut , dan ternyata upaya pengkayaan dengan jenis tanaman
rimba tersebut menampakkan hasil yang menggembirakan dan diluar petak 141 ini
tanaman rimba tumbuh subur dan itu kita masukan dalam kelas hutan HAS ( Hutan
Alam Sekunder )” kata Untung Susilo,
Asal
Muasal kawasan Kesongo
Konon menurut cerita
yang berkembang di masyarakat jawa kesongo erat kaitannya dengan joko linglung
yang di sabda menjadi ular raksasa , dalam pengembaraannya ular tersebut muncul
kepermukaan bumi ang sekarang menjadi Bleug kuwu, kemudian karena keliru untuk
kembali kerumah ( istana ) maka ular tersebut masuk perut bumi dan berhasil
masuk kawasan istana, oleh sang raja medang kamolan yang juga merupakan sang
ayah dari joko linglung tersebut, ular diperbolehkan berdomisili disebuah daerah
dan bertapa disitu dengan syarat boleh makan asal ada makanan yang masuk dalam
mulutnya sendiri. Alkisah ada 10 anak yang menggembala kerbau pada padang
rumput tersebut dan kehujanan lalu ke sepuluh anak tersebut masuk kedalam goa,
satu yang tidak diperbolehkan masuk karena sianak tersebut terkena penyakit
kudis, namun apa daya kesembilan anak tersebut lenyap ditelan ular joko
linglung hingga tempat tersebut terkenal dengan sebutan KESONGO.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda