Kamis, 14 Februari 2013

HUTAN ALAM SEKUNDER “ KESONGO”





 Kawasan hutan yang mempunyai nilai konservasi tinggi adalah sebuah kawasan secara global , regional, atau nasional yang berisi konsentrasi yang signifikan nilai nilai ke aneka ragaman hayatinya. Kesongo adalah merupakan salah satu kawasan hutan bernilai tinggi di Perum Perhutani KPH Randublatung, lokasi tersebut berada di Petak 141, Resort Pemangkuan Hutan ( RPH ) Padas, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan ( BKPH) Trembes , lokasi kesongo dapat dijangkau dari dua arah yaitu dari arah Sulursari Kecamatan Gabus ,Kabupaten Grobogan sekitar 5 Km, Sedangkan dari arah Timur laut dengan cara menyusuri jalan kawasan hutan( alur ) mulai alur AO, AK dan alur I dari Petak 7 ( Pos 7 ) masuk kedalam melalui jalan makadam sejauh 2,3Km 

KPH Randublatung juga menetapkan zone penyangga kawasan ini seluas 3.381,4 Ha atau 10% yang terbagi dalam hutan alam sekunder (HAS ),kawasan perlindungan setempat ( KPS ),Ttak baik untuk produksi ( TBP ) serta kawasan perlindungan khusus( KPKh) dari total luas kawasan hutan seluas 32.464,10 Ha Kawasan Sumber Lumpur Kesongo berupakandaerahmigrasi burung air. Savana Kesongo, Rawa Kesongo dan Lumpur Kesongo merupakan kawasan ekosistem alami dengan garis batas yang tidak terputus (berkesinambungan) sehingga termasuk dalam kategori Nilai Konservasi Tinggi ( NKT ) 
Asper KBKPH Trembes Untung Susilo mengatakan bahwa “kawasan kesongo  tersebut  merupakan sarang 19 jenis aves sehingga perlu adanya perlindungan aves migran antara lain burung Kuntul Putih (Bulbucus ibis), Bangau Tongtong (Leptotilos javanicus), Belibis Batu (Dendrocygna javanica), Bambangan Merah (Ixopbrychus cinnamomeus) dan Cangak Merah (Ardea purpurea) dan berkumpulnya beberapa jenis burung tersebut dapat kiat lihat pada sorehari menjelang matahari terbenan, namun juga dapat dijumpai beberapa jenis burung air diantaranya belibis serta belekok yang terlihat mencari makan di kawasan rawa yang juga tedapat pada kawasan tersebut selain itu pada kawasan yang berjenis tanah margalit dengan warna coklat tersebut juga ditemukan satwa air lain misalnya ikan, katak, cacing merah dan lain – lain juga pada kawasan rawa tumbuh tanaman rumput sejenis wlingi yang melengkapi kawasan ini ” katanya.
Hasil risalah kawasan hutan yang dilakukan oleh Perhutani pada tahun akhir tahun 2011 Kesongo yang mempunyai luas 119,1 Ha dengan pembagian savana seluas 109 Ha serta 110,1 Ha merupakan hamparan lumpur kering hasil dari letupan yang bersifat sporadis tersebut dengan koordinat  BT. 111,15’.15” dan LS. 7.9’.15” dengan jenis tanah margalit coklat,merupakan kawasan terbuka yang didominasi oleh lumpur kering serta kadang mengeluarkan lumpur panas dibarengi dengan air asin dan bau gas  yang menyengat hal ini  diakibatkan oleh tekanan panas bumi yang berada ratusan meter dengan tingkat porositas yang tinggi pada lokasi tersebut.
Berdasarkan morfologi tektonik (litologi dan pola struktur), maka wilayah Jawa bagian timur (meliputi Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur) dapat dibagi mejadi beberapa zona fisografis (van Bemmelen, 1949) yakni : Zona Pegunungan Selatan, Zona Solo atau Depresi Solo, Zona Kendeng, Depresi Randublatung, dan Zona Rembang.
Zona Kendeng meliputi deretan pegunungan dengan arah memanjang barat-timur yang terletak langsung di sebelah utara sub zona Ngawi. Pegunungan ini tersusun oleh batuan sedimen laut dalam yang telah mengalami deformasi secara intensif membentuk suatu antiklinorium. Pegunungan ini mempunyai panjang 250 km dan lebar maksimum 40 km
“ Pada kawasan tersebut memang sulit dilakukan penanaman mungkin karena akibat udara yang sedikit mengandung gas tersebut atau karena tumpukan lapisan lumpur yang selalu bertambah , tapi kami dari Perhutani tetap megupayakan dengan melakukan penanaman tanaman rimba campur ( non jati ) pada tepian kawasan tersebut , dan ternyata upaya pengkayaan dengan jenis tanaman rimba tersebut menampakkan hasil yang menggembirakan dan diluar petak 141 ini tanaman rimba tumbuh subur dan itu kita masukan dalam kelas hutan HAS ( Hutan Alam Sekunder )” kata Untung Susilo,
Asal Muasal kawasan Kesongo
Konon menurut cerita yang berkembang di masyarakat jawa kesongo erat kaitannya dengan joko linglung yang di sabda menjadi ular raksasa , dalam pengembaraannya ular tersebut muncul kepermukaan bumi ang sekarang menjadi Bleug kuwu, kemudian karena keliru untuk kembali kerumah ( istana ) maka ular tersebut masuk perut bumi dan berhasil masuk kawasan istana, oleh sang raja medang kamolan yang juga merupakan sang ayah dari joko linglung tersebut, ular diperbolehkan berdomisili disebuah daerah dan bertapa disitu dengan syarat boleh makan asal ada makanan yang masuk dalam mulutnya sendiri. Alkisah ada 10 anak yang menggembala kerbau pada padang rumput tersebut dan kehujanan lalu ke sepuluh anak tersebut masuk kedalam goa, satu yang tidak diperbolehkan masuk karena sianak tersebut terkena penyakit kudis, namun apa daya kesembilan anak tersebut lenyap ditelan ular joko linglung hingga tempat tersebut terkenal dengan sebutan KESONGO. 

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda