Minggu, 10 Januari 2010


JAJAK BISNIS TEMULAWAK ( Curcuma Xanthorrizha )
Tekad bulat antara Lembaga Masyarakat Desa Hutan ( LMDH ), Dinas Kehutanan dan Perhutani KPH Randublatung untuk menggali dan meningkatkan potensi produksi empon –empon temulawak ( Curcuma Xanthorrizha ), yang ada di kawasan hutan KPH Randublatung, salah satunya adalah melakukan jajak usaha dengan pabrikan jamu yang ada diwilayah Jawa Tengah.
Dalam melakukan bisnis etika yang harus di junjung adalah kepercayaan antara kedua belah pihak yang akan melakukan kerjasama tersebut , hal tersebut akan terwujud kalau masing – masing pihak tahu potensi dan kemampuan yang akan digunakan untuk melakukan kerjasama usaha. Langkah itulah yang ditempuh oleh Asosiasi LMDH Wahana Makarti Wana Randublatung besama dengan rombongan melakukan lawatan ke pabrikan jamu Sido Muncul yang berlokasi di Semarang dengan tujuan untuk memamerkan potensi yang ada diwilayah Randublatung khususnya potensi Empon – empon . perlu diketahui bahwa diwilayah hutan KPH randublatung ada beberapa sentra tanaman empon – empon berupa temulawak ( Curcuma Xanthorrizha )seluas 30,9 Ha yang tersebar di 6 Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan ( BKPH ) Beran, Ngliron, Kedungjambu, Kemadoh, Tanggel dan Temuireng serta telah berdiri pula sebuah pabrik mini pengolah hasil panen tanaman temulawak tersebut, sehingga diharapkan bisa menampung hasil panen yang ada dari kawasan hutan menjadi hasil olahan awal berupa simplisia ( irisan ) kering.
“ Ada beberapa persyaratan yang harus ditempuh oleh LMDH apabila ingin melakukan kerjasama usaha dengan Pabrik Kami “ Demikian dikatakan PR Bambang PT Sido Muncul mewakili pimpinan Perusahaan dihadapan peserta study banding, salah satunya adalah produk yang diserahkan harus benar – benar bersih dari kotoran dan bebas jamur, selain itu juga kontinuitas pasokan bahan baku yang perlu diperhatikan, sehingga kami yang menerima tidak mengalami stagnan ,hal ini perlu kami tekankan karena pabrik kami memasang kapasitas produksi yang tinggi. Selain itu , lanjut Bambang kami juga mengingatkan bahwa pola tanam petani jangan hanya mengikuti arus komoditas yang saat itu mempunyai nilai pasar tinggi, misalnya untuk saat ini jenis komoditas empon –empon yang laku jenis kunci pepet (Kaempferia angustifolia Rosc. ) maka secara berbondong – bondong petani akan menanam semua, hal ini justru sangat merugikan bagi petani sendiri karena adanya pemaksaan budidaya dengan harapan harga yang menggiurkan, alhasil setelah panen raya harga komoditi tersebut akan jatuh karena banyaknya stok dilapangan dan faktor Gradding yang diberlakukan pedagang. Menurut Bambang LMDH KPH Randublatung yang sudah mempunyai kekuatan berupa tanaman temulawaj dan mampu mengolah menjadi simplisia kering, jika akan merambah sektor agrobisnis hal mendasar yang harus diperhatikan adalah mempertahankan potensi tanaman yang cocok disatu wilayah sehingga mampu memberikan daya saing yang kuat dalam satu jenis komoditas yang diimbangi pula dengan kualitas dan kuantitas hasil panen, hal tersebut tentunya akan memberikan gambaran bahwa jenis komoditas temulawak Randublatung bisa dijamin kualitas dan kuantitasnya dan layak untuk dijadikan barang dagangan sesuai dengan standart umum pabrik jelasnya. Dengan adanya ketersediaan pasokan tersebut tentunya akan meberikan kepercayaan terhadap mitra yang akan diajak kerjasama. Dari adanya penjelasan tersebut seakan – akan didapat titik terang tentang budidaya tanaman temulawak ,sehingga bisa memacu semangat usaha para petani hutan yang tergabung dalam LMDH, namun yang perlu juga diperhatikan adalah kerjasama antar pihak untuk menjaga kelangsungan produk tersebut sehingga mampu menjadikan Brand Image bahwa ada Simplisia temulawak dengan kualitas baik sesuai starndart bahan baku pabrik dapat dipastikan hasil produksi LMDH Randublatung, itulah yang perlu dijaga.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda