Selasa, 15 September 2009

Temu Lapang antara Petani PemLab Blora dan Perhutani


Peningkatan potensi pertanian lahan kering menjadi prioritas utama kabupaten Blora, hal tersebut karena kabupaten Blora sebagian besar mempunyai wilayah pertanian lahan kering, menyikapi hal tersebut Pemerintah kabupaten Blora untuk menciptakan daya dukung ketahanan pangan berupaya membudidayakan tanaman yang sesuai dengan kondisi lahan yang ada, salah satunya adalah pengembangan tanaman jagung komposit jenis lamuru Hal tersebut disampaikan oleh Bupati Blora Drs RM Yudi Sancoyo pada acara temu lapangan didesa Sidomulyo Kecamatan Banjarejo Blora tanggal 11 September 2009
Sementara itu guna menyiasati masalah pertanian lahan kering Perum Perhutani KPH Randublatung jauh hari bekerjasama dengan BPTP Sukamandi juga telah mengembangkan varietas unggul padi gogo yang ditanam pada lahan – lahan marjinal (kawasan hutan), hal tersebut selain untuk memanfaatkan kawasan hutan untuk melakukan budidaya tanaman padi dalam sistim PHBM pada areal tertentu, juga secara tidak langsung ikut menyumbang peran dalam menyangga ketahanan pangan di Kabupaten Blora.
Dari hasil penanaman seluas 12 Ha dengan pola olah tanah sementara dan tanpa olah tanah rata – rata menghasilkan bulir padi banyak 3,717 ton / Ha , angka tersebut cukup berarti dalam menyumbangkan kebutuhan pangan pada masing – masing desa hutan.
Pemberdayaan masyarakat desa hutan yang juga dilakukan oleh Perhutani bekerjasama dengan stake holder nya adalah pembudidayaan tanaman Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza robs ), yang saat ini telah dilakukan panen perdana. Diversifikasi antara tanaman hutan dan tanaman empon – empon tersebut mempunyai banyak fungsi selain untuk memberikan kegiatan pada masyarakat desa hutan dengan usaha produktif juga penanaman dibawah tegakan tersebut dapat mengurangi resiko kebakaran hutan , hal tersebut karena pada lahan – lahan yang dilakukan diversifikasi tanaman tersebut selalu dijaga dan dirawat oleh para petani hutan.
Untuk pengolahan pasca panen saat ini tanaman temulawak telah berhasil dibuat ekstrak temulawak yang dipeoduksi oleh salah satu LMDH di KPH Randublatung, namun skala produksinya masih kecil karena penguasaan pasarnya belum melebar. Upaya pemanfaatan kawasan hutan dengan pembudidayaan empon – empon tersebut agaknya mendapatkan respon positif dari Balai Besar Mekanisasi Pertanian Jakarta dengan cara memberikan bantuan teknologi pengolahan umbi temulawak menjadi simplisia
Titik terang lain terkait dengan pembudidayaan empon – empon datang dari salah satu perusahaan jamu di Jawa Tengah yang memberikan arahan tentang prospek penanaman empon – empon pada kawasan hutan, serta cara pengolahan pasca panen yang menurut kacamata bisnis masih kurang menarik dari sisi kemasannya dan masih perlu perbaikan lagi untuk bisa menembus pasar yang luas.” Pihak pabrik kami bersedia untuk ajang pembelajaran dan study banding” kata Irwan Hidayat Pemilik Perusahaan jamu Sido Muncul pada saat mengunjungi stand Kehutanaan pada acara Temu lapang perbenihan jagung komposit. kami siap memberikan bimbingan teknis lain terkait dengan budidaya empon – empon, namun saat ini Perusahaan kami banyak membutuhkan empon – empon jenis kunyit(Curcuma domestica) yang dijadikan bahan baku jamu, disamping jenis temulawak.